Saya sempat menarik
nafas dalam-dalam sambil menyeka air mata pada saat yang bersamaan. Sebuah foto
sederhana dengan kualitas gambar yang tak terlalu baik entah mengapa bisa
membuat saya hingga sedemikiannya. Sekilas terlihat biasa, hanya seorang pria
muda dan beberapa anak-anak yang memancarkan senyum gembira. Lalu, mengapa
gerangan air mata saya bisa keluar dari peraduannya jika itu merupakan sebuah
foto yang melukiskan kebahagiaan?
Benar, itu merupakan
lukisan cahaya yang menampakkan kebahagiaan. Senyum mereka tak mampu berbohong
atas itu. Wajah anak-anak yang polos nan riang itu juga menjadi bukti bahwa
mereka memang benar-benar bahagia. Tak luput juga senyuman pria muda yang menampakkan
lesung pipinya. Saya benar-benar bersyukur dan berterima kasih kepadaNya telah
memperlihatkan foto sederhana itu yang bisa menggugah emosi. Tersebutlah teman
saya di dunia maya yang berkewarganegaraan India. Ia merupakan keturunan
Brahmana yang tinggal di wilayah Shantiniketan. Ia seorang guru dan juga
seniman.
Suatu hari, saat
liburan tiba, ia dan anak-anak didiknya melakukan rekreasi. Di benak saya,
rekreasi erat kaitannya dengan keelokan yang bisa mendatangkan rasa gembira. Pantai
yang biru dengan hamparan pasir putih dan udara sepoi-sepoi yang melambaikan
nyiur; sebuah danau berair hijau yang ditumbuhi beraneka pepohonan
disekelilingnya; taman bunga yang harum dan semerbak dengan warna-warni yang
memanjakan mata atau pegunungan yang asri dengan aliran sungai jernih. Itu
semua yang terbayang jika clue
rekreasi disebutkan. Tapi mereka? Teman saya dan anak-anak didiknya berekreasi
disebuah sungai tandus yang hampir kering, berdebu dan tak ada pepohonan yang
terlihat. Raut wajah mereka sangat ceria, seolah tempat itu indah sekali.
Ya Tuhan, betapa
bersyukurnya saya terlahir di tanah surga Indonesia ini. Berapa kali lipat lagi
harusnya saya bersyukur mengagumi ciptaanMu. Mereka dengan pemandangan alam
yang demikian masih bisa tersenyum tulus penuh rasa gembira, apalagi saya
seharusnya yang tiap hari masih bisa melihat dan merasakan sejuknya pepohonan
hijau. Jika saya yang sudah terbiasa dimanjakan oleh keindahan alam ini berada
posisi mereka, mungkin akan sulit bagi saya untuk tersenyum. Jangankan sebagai
destinasi untuk selevelan rekreasi, berhenti sejenak di tempat demikian saja mungkin
sudah ada keluhan yang muncul dalam diri saya. Sungguh, saya mendapat pelajaran
baru dari foto itu. Pelajaran tentang kehidupan lebih tepatnya.
Saya menanyakan, apakah
anak-anak itu benar-benar gembira, seperti yang nampak di foto itu? Teman saya
pun mengiyakan. “Bukan hanya mereka, saya lebih gembira melihat kegembiraan
mereka” begitu kira-kira jika di Indonesiakan. Lalu saya bertanya kembali,
bagaimana pendapatnya tentang Indonesia, sebab beberapa waktu lalu ia dan
pacarnya sempat berkunjung ke Bali, di rumah calon mertuanya. Ia pun mengatakan
tak pernah terpikir olehnya ada alam seindah Indonesia. Wah, bahagia itu
sederhana ya? Lalu, masih adakah alasan untuk tidak bersyukur?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar