http://winest-wirmayani.blogspot.com/2013/04/budaya-galau-mahasiswa-vs-tipologi-dosen.html

Jumat, 14 Desember 2012

Speedy Monitoring, Layanan IT Pendukung Integritas Dunia Pendidikan


Masuk di abad ke-21 ini, begitu banyak terobosan di bidang teknologi dan informasi dengan berbagai bentuk kemajuan teknologi didalamnya. Ini mengindikasikan, kualitas sumber daya manusia kian mengalami kemajuan. Akan tetapi, revolusi teknologi sebagian besar didominasi oleh Kaum Barat. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Apakah bisa bersaing menghasilkan produk teknologi yang relevan bagi Masyarakat Dunia? Kemungkinan itu ada. Selama ada usaha, upaya dan dukungan, semua itu memiliki peluang untuk pencapaiannya.
Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam hal ini. Terlebih, saat ini Mendikbud tengah gencar memantapkan Pendidikan Vokasi, sebuah pendidikan yang berorientasi pada teknis, bukan lagi teoritis. Apapun jenis pendidikan, baik vokasi maupun reguler, semuanya akan menghasilkan sumber daya manusia yang kompetitif jika komponen didalamnya menjunjung tinggi integritas.
Saat ini, jenjang pendidikan menengah sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Begitu pula dengan yang masuk ke Perguruan Tinggi, akan menjalani ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Disinilah peran Information of Technology (IT) sangat dibutuhkan sebagai detektor yang memiliki tingkat akurasi dan kredibilitas yang tinggi, sebagai sarana penunjang integritas civitas akademika.
Layanan IT berbasis Online Monitoring yang dinahkodai Speedy Monitoring berfungsi sebagai Monitoring Rumah, memberi terobosan baru dalam dunia pendidikan. Yang mulanya parameter integritas hanya digelar dengan ikrar sumpah berupa pakta integritas, kali ini dengan perkembangan IT, cara lama itu terkesan kurang efektif. Melalui IP Camera yang terkoneksi dengan Speedy Monitoring, dapat melakukan monitoring pada ruangan atau area tertentu, juga melakukan perekaman tanpa khawatir memikirkan penyediaan penyimpanan data dan penyediaan server, karena semuanya telah disediakan oleh Speedy Monitoring. Pengguna cukup hanya menyediakan kamera, sebagai perangkatnya.
Kemudahan akses yang ditawarkan Speedy Monitoring, patut dipertimbangkan dalam pengaplikasiannya di dunia pendidikan. Pejabat Kemdikbud, dinas pendidikan maupun aktor dalam pendidikan akan dengan mudahnya memantau keadaan instansinya ataupun kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik yang dapat diakses dengan mudah, hanya dengan smartphone. Pemerhati pendidikan tidak perlu khawatir jika meninggalkan instansi dalam jangka waktu yang lama. Sebab, seluruh aktivitas yang terjadi di dalam area yang tersebut bisa diakses live time. Terlebih saat melaksanakan ujian, tim pengawas atau kepolisian yang bertugas mengamankan proses berlangsungnya Ujian Nasional maupun SNMPTN, akan dengan mudah menemukan dan mengamankan jika terjadi kecurangan atau tindakan pelanggaran lainnya. Dengan kata lain, layanan Speedy Monitoring menjadi mata dan telinga dalam hal pengawasan dan pemantauan.
Mengenai teknisnya, penggunaan layanan ini di Kampus atau di Sekolah, langkah awal yang harus dipersiapkan adalah kamera. Pengguna menentukan sendiri, berapa kamera yang akan digunakan. Selanjutnya, untuk bisa terakses oleh web browser, pastikan IP Camera terkoneksi dengan internet. Hasilnya, CCTV Online dapat dipantau melalui media smartphone. Untuk informasi selengkapnya, dapat mengunjungi situs www.monitoring.telkomspeedy.com 
Dengan adanya teknologi ini, peserta didik maupun oknum-oknum yang hendak atau melakukan kecurangan akademik akan berpikir dua kali untuk melakukan itu. Demikian pula dengan para pemerhati pendidikan, akan merasakan kemudahan dan keamanan pada layanan ini untuk mengatur dan memantau proses berlangsungnya pendidikan, yang hasilnya akan berdampak pada kejujuran akademik sebagai kekuatan karakter bangsa. Dengan Speedy Monitoring, aktivitas pendidikan berlangsung aman, aktivitas akademik berjalan lancar, integritas pun tercipta.


Selasa, 27 November 2012

DataPrint Alokasikan 700 Beasiswa


Sebagai wujud bhakti DataPrint pada Negeri khususnya dalam bidang pendidikan, DataPrint memberi kesempatan kepada pengguna setia produk DataPrint untuk memperebutkan 700 beasiswa yang diberikan kepada siswa dan mahasiswa. Pada tahun 2012, pendaftaran beasiswa terdiri dari 2 periode: periode pertama, dari  tanggal 1 Januari  hingga 30 Juni, dan periode kedua dari  1 Juli dan berakhir tanggal  31 Desember. Kedua periode ini, pemberian beasiswa dengan nominal masing-masing Rp 1.000.000,00 dialokasikan kepada 100 orang; beasiswa sejumlah Rp 500.000,00 diberikan kepada 100 pendaftar; dan beasiswa masing-masing senilai Rp 250.000,00 dialokasikan kepada 500 pendaftar. Untuk menjadi salah satu dari 700 alokasi beasiswa yang disediakan, caranya cukup mudah, yaitu dengan mengisi formulir pendaftaran yang tersedia di URL  http://beasiswadataprint.com.
Dalam formulir tersebut terdapat beberapa form yang harus diisi, salah satunya adalah kode kupon. Setiap pembelian terhadap produk DataPrint, akan tersedia sebuah kupon yang dapat ditemukan didalam kemasan produk tersebut. Kode kuponnya terletak di bagian belakang kupon. Selain kupon, untuk melakukan registrasi pendaftaran juga mensyaratkan penulisan essay. Bagi siswa, tema esai yang diangkat adalah “Sistem Pendidikan Indonesia Berbasis Ideologi Pancasila”, sedangkan untuk mahasiswa, tema yang disyaratkan mengenai sex education, bagaimana mahasiswa menanggapi sex education yang dimasukkan kedalam pengajaran di sekolah, serta bagaimana cara penyampaiannya kepada peserta didik agar diperoleh pemahaman yang positif.
Pengumuman periode kedua bagi yang dinyatakan sebagai penerima beasiswa, dapat diakses melalui website DataPrint www.dataprint.co.id dan fanpage Facebook DataPrint www.facebok.com/dataprintindonesia  atau bisa juga pada www.beasiswadataprint.com  pada 10 Januari 2013. Jika Anda siswa atau mahasiswa, daftarkan diri Anda segera. Gapai impianmu bersama DataPrint.

Sabtu, 17 November 2012

Jasamu Kukenang, Cita-Citamu Kulanjutkan


Sepuluh November. Ya, hari ini merupakan hari bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Hari dimana anak-anak bangsa dengan gigihnya memperjuangkan bangsa ini dari serangan penjajah. Pertempuran arek-arek Surabaya pada waktu itu ditetapkan sebagai Hari Pahlawan dan diperingati setiap tanggal sepuluh November di seluruh penjuru tanah air.
Pahlawan, jika didefinisikan menurut perspektif saya adalah subjek yang menyangkut makhluk hidup, terutama manusia yang dengan semangat, kegigihan, kerja keras, keberanian dan keikhlasannya menciptakan sesuatu yang bermanfaat dan membawa kebaikan bagi masyarakat luas, baik dalam lingkup regional, nasional maupun internasional. Dengan definisi itu, tak banyak orang yang dapat melakukan tindakan seperti halnya Pahlawan. Terlebih saat ini, sangat disyukuri dari sepuluh ribu orang, terdapat satu orang yang memiliki jiwa ksatria layaknya para pendahulu kita yang dengan relanya mempertaruhkan nyawa demi sebuah kemerdekaan yang hakiki.

Jumat, 28 September 2012

Get Me Out!!


Sempat beberapa kali terlintas dalam benak saya untuk pindah kuliah ke luar kota. Iklim kampus yang menurutku tak mendukung, menyebabkan perkembanganku terhambat bahkan nyaris tak berkembang. Sering kali air mataku menetes tatkala menyaksikan dan membaca keakraban dan kekeluargaan yang terjalin pada mahawiswa di salah satu perguruan tinggi yang tetap terjalin kekompakannya walau mereka telah menempuh hidup barunya masing-masing. Rasa kekeluargaan itu rupanya telah tertanam dalam sistem pendidikannya.
Kuliah menurutku, tak sekedar menerima materi saja dari dosen. Tapi bagaimana kita bisa mengaplikasikan pengetahuan tadi melalui pengabdian. Untuk mencapai pengabdian yang bermanfaat secara berkelanjutan, diperlukan kesinergian antara sikap, sifat dan pengetahuan. Ketiga hal ini akan berkorelasi jika sudah diterapkan atau sering dipraktekan dalam kehidupan sosial. Seperti halnya melalui organisasi. Jika komunikasi terjalin baik dalam sebuah organisasi, maka akan diperoleh output seperti perguruan tinggi yang saya sebutkan diatas. Mereka tetap kompak walau sudah berada di lingkungan berbeda. Rupanya komunikasi dan nilai-nilai yang tertanam dalam organisasi, turut menentukan luaran seseorang yang berkecimpung didalamnya.

Jumat, 24 Agustus 2012

Si Kece ini Bernama Habu


Blackberry atau yang lebih akrab disebut BeBe, kini demamnya merambah sangat cepat. Bukan hanya anak golongan tertentu saja yang kepicut, anak muda bahkan orang tua juga ikutan ramai memakai smartphone ini. Dengan berbagai aplikasi dan fitur yang mempermudah akses informasi dan komunikasi, memang layak jika BB menjadi incaran banyak orang. Bahkan dikalangan anak muda ada yang berujar “nggak gaul kalo gak pake BB”. Mendengar kalimat itu, sebegitu ampuhnyakah kekuatan BB?
Ngomong-ngomong tentang BB, begitu banyak hal yang menggelitik menerpa diri saya. Hal itu bukan berarti bersumber dari BB atau bukan berarti saya memiliki BB, melainkan dari teman-teman yang hampir 92 persen menghina kondisi handphone saya. Lontaran hinaan berpadu canda kerap kali saya terima tatkala bersama dengan teman-teman. Walau begitu, Hape yang sangat kronis kondisinya itu, dimata saya menyimpan suatu keunikan tersendiri yang tak dimiliki oleh smartphone walau BB sekalipun. Hape ajaib yang tak tertandingi di dunia dan di akherat inilah biasanya mengundang tawa massal.

Sabtu, 09 Juni 2012

Kualitas tak Jadi Prioritas, Konsistensi Jadi Negasi

"Saya tak begitu butuh dengan segala kebaruan yang ada, karena  itu bukanlah prioritas. Justru yang menjadi kebutuhan primer, itulah yang   tidak terealisasikan. Hal itu terjadi bukan karena masalah finansial, tapi itu semua karena adanya unsur pribadi yang jelas-jelas tidak mengandung cover both side"

Demikianlah adanya. Ketika neraca sudah tak berfungsi sebagaimana mestinya, semuanya menjadi kacau, rancu dan lain-lain. Terlebih lagi ada unsur pribadi didalamnya, membuat mata walaupun sudah memakai kacamata, tak lagi jeli melihat situasi. Kualitas tak jadi prioritas dan konsistensi berubah menjadi negasi. Sungguh sebuah sistem yang rancu. Dimana neraca hendaknya bisa menimbang semuanya dengan seimbang, tapi sudah beralih fungsi. Oleh sebab inilah mulai timbul ketidaknyamanan yang signifikan.

Rabu, 23 Mei 2012

Bangkit dari Ketertinggalan, Menuju Generasi Emas Indonesia


April kemarin, Badan Standar Nasional Pendidikan  (BSNP) menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Sebuah program yang dilaksanakan untuk mengevaluasi kemampuan siswa. Banyak yang pro akan UN dan menilainya sebagai tindakan efektif sebagai indikator dan parameter penentuan kelulusan siswa. Namunpun demikian, tak dapat dipungkiri banyak pula yang kontra akan hal ini. Menurut kaca mata mereka, UN tidak pantas dijadikan parameter tunggal dalam menentukan kelulusan. Apa artinya mengenyam pendidikan selama 3 atau 6 tahun jika hanya ditentukan oleh nilai UN. Bagaimana dengan perolehan nilai raport, apakah hanya sebatas konseptualisasi belaka? Itulah beberapa komparasi kiranya menjadi pertimbangan kemdikbud hingga metode UN dua tahun terakhir mengalami revisi. Mulanya, UN diindikasikan sebagai satu-satunya parameter penentu kelulusan, tapi

Kamis, 29 Maret 2012

Style Malam Jumat, Hati Malam Minggu


Ketika melihat seseorang yang berambut gondrong, pakai kaos oblong, celana bolong-bolong, pasti dibenak saya otaknya juga “dong-dong”. Maaf ini subjektivitas penulis. Anggapan itu telah merasup keseluruh sel-sel darah saya yang menggunakan parameter diatas untuk mengeneralisir citra  negatif orang-orang dengan ciri tersebut. Style yang demikian menurut saya adalah aktualisasi “kekampungannya” yang melekat dalam diri orang itu. Selain itu, saya juga mengidentikannya sebagai aktor anarkism, melihat dandanan khasnya tak ubahnya preman. Segala bentuk kesan negatif tercurah pada mereka yang memiliki ciri diatas.

Selasa, 27 Maret 2012

Jangan Jadi Mahasiswa Parokial



Demonstrasi seolah menjadi trend masa kini. Mungkin salah satu penyebabnya akibat inkonsistensi konsep demokrasi. Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, kini hanya tinggal sebuah dongeng. Banyak terjadi penyimpangan. Diranah pemerintahan, seakan tak pernah lepas dari berbagai skandal yang kemudian menjadi pergunjingan hangat dilingkup media. Korupsi misalnya. Pemberitaannya tak pernah luput dijagat media. Tak jarang pula menjadi headline bahkan top of the top. Institusi pemerintahan menjadi lahan subur bagi tikus-tikus berdasi memijakkan kakinya. Hingga tak heran, sebagian besar kasus korupsi dilakukan oleh pejabat pemerintah dari level tinggi hingga Pegawai Negeri Sipil (PNS) sekalipun. Akibatnya, rakyat kecil semakin tertindas, sedangkan si koruptor sibuk dengan rekening “gendutnya”.
Skandal inilah yang kemudian memicu pergerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menuntaskan kasus itu. Demonstrasi menjadi pilihan. Dimana-mana terjadi unjuk rasa. Mahasiswa pun terlibat didalamnya. Aksi protes terhadap kebijakan pemerintah gencar dilakukan. Tak jarang pula diwarnai aksi anarkis.
Sekarang ini, penolakan rencana kenaikan harga BBM menjadi isu hangat. Demonstrasi tak dapat dibendung. Hampir seluruh wilayah di Indonesia turut dalam aksi. Etika demo sudah mulai diabaikan. Banyak kasus baru yang timbul akibat ketidakpahaman etika dalam demonstrasi. Perusakan terhadap sarana umum, bentrok dengan aparat pemerintah, seakan menjadi hal biasa. Padahal, demo semestinya dilakukan dengan santun, agar aspirasi yang hendak disuarakan didengar oleh pemerintah. Bukannya malah merusak sarana umum, melempar gedung atau memblokade jalan diiringi dengan aksi membakar ban. Ini mencerminkan bahwa kecerdasan emosional mahasiswa masih rendah.
Sebagai kaum intelektual, sebaiknya tahu dan sadar apa maksud dan tujuan dari kegiatan yang diikutinya sebelum melakukan demo. Banyak demonstran, khususnya mahasiswa tidak memahami apa yang ia tengah lakukan. Mereka cuma ikut-ikutan. Tak sedikit pula yang menjadi korban mobilisasi para aktivis ataupun kelompok kepentingan untuk turut dalam aksi. Ketidakpahaman inilah yang kemudian menimbulkan tindak kekerasan. Memang, demo merupakan wujud demokrasi. Tetapi apabila disalahtempatkan, konsep demokrasi bisa berubah menjadi demo-crazy.
Cukuplah petinggi negeri ini yang “cacat”. Tugas kita sebagai mahasiswa, bagaimana membangun kondisi yang kondusif dan mereduksi kekeliruan petinggi negeri dengan cara yang cerdas. Tindak kekerasan bukanlah solusi tepat.  Jangan menjadi mahasiswa kampungan yang hanya bisa berkoar-koar tanpa maksud yang jelas. Tinggalkan parokialisme. Bangunlah budaya partisipan.
Coba analogikan. Negara ini kita ibaratkan sebagai sebuah keluarga besar. Para koruptor anggaplah sebagai orang tua, sedangkan kita (mahasiswa) sebagai anak yang banyak jumlahnya. Jika orang tua kita tengah stres dan perilakunya menyimpang dari Undang-Undang, kita jangan ikut merengek-rengek atau mengacau terhadap mereka. Bukan solusi yang kita dapat, melainkan bentakan beruntun dari mereka. Walau mereka salah, jangan lawan dengan kekerasan. Berusahan bersikap bijak dalam menghadapi persoalan. Teguran boleh kita layangkan, tetapi jangan dibarengi dengan aksi kekerasan. Ada pepatah mengatakan, api akan semakin berkobar jika dilawan dengan api, sebaliknya api hanya dapat dipadamkan oleh air. Seperti itu pula negara ini. Sebagai mahasiswa, jadilah warga negara yang santun. Partisipasi sangat perlu. Tapi partisipasi yang diperlukan adalah partisipasi yang berdasarkan kesadaran, bukan karena dorongan pihak tertentu dan bukan pula karena ikut-ikutan.
Unjuk rasa atau demonstrasi sah-sah saja dilakukan, asal berdasarkan kode etik. Perlihatkan bahwa mahasiswa adalah generasi cerdas dan santun dalam menyuarakan pendapat, sehingga ada perbedaan antara mahasiswa dan masyarakat awam pada umumnya. Dapat dibedakan mana yang intelek dan mana yang parokial. Jadilah panutan dalam masyarakat.  Sebisa mungkin, hindari segala bentuk kekerasan dan ketidak-etisan. Jangan jadi mahasiswa “cerewet” yang kerjanya hanya memprotes kebijakan pemerintah. Tunjukkan keintelektualan kita. Ada baiknya kita menerapkan slogan salah satu iklan “talk less do more”. Jangan cuma banyak bicara. Buatlah keputusan sebijak mungkin sebagai solusinya. Ingat! Kita mahasiswa, bukan tukang bakar ban atau bukan penjual obat yang hanya berkoar-koar disepanjang jalan.

Kamis, 15 Maret 2012

Surat Cinta

Dear Vic,
Hai Vic, senang sekali bisa berjumpa denganmu walau hanya lewat tulisan. Bagaimana dengan study tour kemarin? Pasti seru. Aku ingin juga seperti kamu bisa tour ke lima negara, gratis pula. Tapi apa daya, saya tidak menguasai bahasa asing. Oh iya, kayaknya saya tidak perlu menanyakan keadaanmu lagi, karena  berdasarkan status-statusmu di Facebook, nampaknya kamu dalam suasana gembiraJ. Meskipun di dunia maya kita sering bertatap muka, tapi sepertinya lebih seru kalau berkomunikasi lewat surat. Selain unik, banyak juga manfaat lainnya. Jangan mentang-mentang terbiasa menggunakan teknologi modern, lantas budaya tulis manual mulai kita lupakan. Tidak ada salahnya kita mempopulerkan media ini. Walau terkesan jadul, tapi memikili nilai estetika yang tinggi, apalagi ditulis tangan. Ngomong-ngomong tentang surat , ada hal menarik yang ingin kusampaikan dan dapat dipastikan kamu akan terkejut dan tertawa lepas.
Kamu masih ingat Angie, teman sekelas kita dulu yang suka sekali nguncir rambutnya? Kalau Rio Elvaldro masih ingat dong? Kalian kan pernah berkelahi  dan sempat disidang ke BK gara-gara kamu menuduh dia mengambil lukisan wajahmu. Nah mereka berdua sekarang sedang menjalin hubungan, kira-kira dari dua bulan lalu. Bayangkan saja bagaimana anehnya pasangan ini. Aku jadi ingat hobi mereka sewaktu sekolah. Rio, kalau sudah diam-diam, pasti kerjanya ngorek upil dan Angie selalu nguncir rambutnya yang keriting itu. Tentu kamu penasaran, hal menarik apa yang ingin aku sampaikan?
Seminggu yang lalu, Angie menata ulang rumahnya. Kamar, rak buku dan dapur ia tata kembali bersama Rio. Suatu ketika, Angie dipanggil oleh ibunya untuk mengantarkan ke pasar. Angie meng-iyakan dan segera ke pasar menemani sang bunda. Tinggallah Rio sendiri di rumah Angie yang sibuk merapikan semuanya. Cukup lama Angie di pasar, kemudian ia segera pulang bersama ibunya. Setibanya di rumah, kamarnya sudah tertata rapi, begitu pula dengan rak buku dan dapurnya. Angie dan ibunya menyunggingkan senyum indah pada Rio tanda terima kasih. Tapi apa balasan Rio? Tak sedikitpun ia membalas senyuman mereka, malah segera berbalik badan menuju rak buku-buku Angie. Angie mengikutinya, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Karena tak biasanya Rio bersikap seperti ini. Setiba didepan rak buku, keanehan itu semakin menjadi ketika Angie melihat sebuah peti kecil berwarna merah jambu tergeletak disana. Raut wajah Angie sontak berubah seiring dengan ekspresi yang ditampakan Rio.
Rio menatap tajam peti kecil yang tergeletak di lantai, kemudian Angie meraihnya. Dengan penuh rasa bersalah, akhirnya Angie hendak membawa peti kecil itu ke kamarnya, tapi usahanya dicegat Rio. Ia menyuruh Angie membuka dan menjelaskan detail tentang peti kecil itu. Kamu pasti penasaran, apa isi peti itu? Aku juga penasaran ketika pertama kali diceritakan Angie.
Angie perlahan membuka peti itu. Dengan tangan dan bibir gemetar, ia meraih lembaran-lembaran yang ada didalam peti. Kamu bisa menebak, apa isinya? Peti itu berisi segala sesuatu tentang kamu, Vic. Mulai dari foto kamu yang mengenakan seragam drum band, gelang kesayangan kamu yang warna hitam, sampai kertas hasil ulangan kamu ia simpan rapi. Disana juga ada buku diary yang semuanya melukiskan perasaan cinta Angie ke kamu. Tapi ada satu hal yang membuat saya tertawa terbahak-bahak. Kamu tahu, apa itu? Lukisan sketsa wajah kamu yang sempat kalian perdebatkan sampai ke ruangan BK, ternyata disimpan rapi oleh Angie.
Hahaha.... tak kuasa aku menahan tawa. Ada-ada saja perilaku-perilaku aneh seperti itu. Saya jadi tertawa sendiri jika mengingat kembali bagaimana sengitnya kamu dan Rio berkelahi mempersoalkan keberadaan sketsa wajahmu itu. Olehnya, jika kamu ada kesempatan, tidak ada salahnya  jalan-jalan ke rumahnya. Bagaimanapun juga, ia pernah menjadi seseorang yang sangat mengidolakan kamu. Tapi jangan sampai kisruh lagi antara kamu dan Rio. Hahaha....
Sampai disini dulu perjumpaan kita kali ini. Oh iya, Vic... jangan lupa kamu tanyakan harga buku Human Communicationnya DeVito ya...... yang terpenting, jangan lupa oleh-oleh buat aku ya...
Love,

Wirmayani

Jumat, 20 Januari 2012

My Great Hope


              Hari spesial yang terprediksikan saat ini, adalah hari saat dimana saya tengah di wisuda. Saya telah membayangkan bagaimana gembiranya pada hari itu. Apalagi jika mendapat predikat cum laude, sungguh lengkap kiranya rasa bahagia itu. Dihadiri oleh kedua orang tua, yang merupakan orang terpenting dalam hidup saya, family serta sejumlah rekan.
Tetapi kesempurnaan itu kurang lengkap rasanya jika di wisuda saya kelak tidak dihadiri oleh sosok satu ini. Beliau adalah orang yang memiliki peranan penting dalam hal skill. Ia adalah Bapak Lasakka Pamatti, guru saya sewaktu di sekolah menengah kejuruan, SMK Negeri 2 Palu. Beliau adalah sosok yang cerdas, terkesan cuek, terampil, tegas, berdedikasi tinggi, etc. Akan tetapi ketegasannya membuat sebagian orang men-judge-nya negatif, termasuk saya pada saat itu. Tetapi anggapan itu berubah ketika saya masuk di perguruan tinggi. Metode yang terbilang keras seperti yang  ia terapkan saat  itu, menjadi kenyataan pada perkuliahan. Dari sinilah saya sadar bahwa apa yang ia lakukan adalah semata untuk membentuk kemandirian dan membentuk pola pikir, bukan hal-hal negatif seperti yang dicitrakan sebagian orang.  
              Ketika diberikan tugas oleh beberapa dosen, tugas sayalah terkesan berbeda dibanding teman-teman lainnya. Itu berdasarkan anggapan dari beberapa teman. Dalam hal pengemasannya, saya selalu menyisipkan unsur-unsur multimedia didalamnya sebagaimana ilmu yang ia tuangkan saat saya mengenyam pendidikan di SMKN 2 Palu pada program keahlian Multimedia. Jika saya mendapat nilai yang memuaskan atau mendapat nilai+ dari rekan ataupun dosen, saya selalu bersyukur kepada Tuhan dan orang pertama yang saya ingat adalah Pak Lasakka. Karena beliaulah saya seperti ini. Kedepannya, mata kuliah saya banyak yang berhubungan dengan software multimedia. Saya merasa sangat beruntung, karena saya memiliki basic untuk itu sebagaimana yang telah diberikan oleh Pak Lasakka.
Lassaka Pamatti
              Tindakan kurang etis beberapa waktu lalu yang sempat mengecewakan Pak Lasakka merupakan kesalahan besar yang pernah saya lakukan. Tindakan yang terkesan kasar itu terjadi ketika saya panik hendak menyerahkan fotocopy ijazah ke Universitas Tadulako yang pada keesokan harinya adalah tengat waktunya. Kepanikan saya dan beberapa omelan dari Bapak dan Ibu Lasakka tersuspensi hingga terjadilah insiden tersebut, dimana saya pulang tanpa pamit dan sempat menutup kasar pintu garasi beliau.
              Setelah berpikir panjang, dan sempat saya diskusikan dengan Ayah saya, beliau menyarankan agar saya meminta maaf dengan Guru Besar saya itu. Tapi hal ini belum terealisasi dikarenakan saya belum memiliki keberanian untuk menyampaikan secara lisan. Melalui tulisan ini saya berharap Pak Lasakka membacanya hingga ia tahu bahwa ia adalah sosok yang signifikan dan memiliki peran besar bagi siswanya. Juga saya ingin menyampaikan ucapan maaf yang sebesar-besarnya kepada beliau atas tindakan itu. Terima kasih Pak Lasakka, karena ilmu yang engkau berikan, saya dapat menulis disini. Semoga Tuhan selalu menyertai Bapak dan keluarga serta segala aktivitas yang dijalani. Seperti harapan saya diatas, bahwa saat wisuda kelak (Awighnam Astu), Bapak bisa hadir dalam moment tersebut.

x_3badcda6