Tak sengaja tadi
aku mendengar lagu Bring Me To Life dari
Evanescence, lagu yang kamu favoritkan jika kita menghabiskan waktu senggang di
tempat karaoke. Sepertinya hampir semua tempat karaoke di Bumi Tadulako ini tak
luput dari kunjungan kita (kecuali, karaoke remang-remang tentunya). Sepulang
kuliah, berkendara beriringan dengan teman-teman bak penguasa jalan. Jarang
sekali langsung pulang ke rumah. Kalau bukan berwisata kuliner (Binte hunter), ke toko buku, internetan, ya
karaokean. Oh iya, masih ingatkah kamu, kita pulang dari kampus berpetualang
mencari binte sampai di desa, di kaki gunung dekat Gawalise sana hingga pulang
malam? Ingatkah kamu waktu kamu menjemputku di rumah untuk ngeprint tugas ke
warnet jam dua tengah malam? Aku pikir tugasmu sudah kelar dan siap dicetak
seperti tugasku, tapi ternyata kamu baru memulai mengerjakannya. Alhasil aku
pulang memanjat terali pagar dan tidur di garasi hingga fajar menyingsing.
Masih ingat waktu kita berpetualang mencari desa binaan? Masuk ke desa pelosok dari
Mamboro kesasar di perkampungan kumuh melewati jembatan gantung usang hingga
tembus di Kec. Sindue? Dan tentunya kamu masih ingat dengan pertanyaan ini yang
kerap ditanyakan oleh teman-teman seangkatan kita “kamu dua ini pigi kuliah atau kemping, banyak sekali makanan yang kamu
bawa”. Just like that.
Begitu banyak
hal yang pernah kita lakukan bersama-sama sewaktu kuliah. Ada juga saat kita
mengusili pengelola prodi di pengajaran dengan permen yang mungkin komposisi
mint-nya mencapai 80% (entah dimana dan darimana lalu kita mendapat permen itu,
jangan-jangan permen illegal, ah
sudahlah). Akibatnya, kita berdua terlalu terkenal di mata mereka sebagai orang
usil. Hingga mereka selalu waspada apabila kita menawarkan makanan kepadanya. Ke
kampus membawa pisau. Bukan untuk sarana tawuran tentunya, melainkan untuk
mengupas Nenas di kampus yang sebelumnya telah kita beli di pinggir jalan. Saat
di kelas, entah apa awalnya yang dibahas waktu itu hingga kamu nyeletuk soal
model rambut belahan tengah dari salah satu teman kita (sebut saja dia
Kumbang), lalu aku tertawa lepas sampai mengeluarkan air mata dan keesokan
harinya yang bersangkutan sudah menggunting rambutnya serta berbelahan samping.
Wah, hampir saja kita tak mengenalinya. Lebih tepatnya, mirip boyband salah gaul :D
Waktu Ujian Skripsiku, April 2015 |
Saat pulang dari
kampus sekitar jam delapan malam usai mengedit konten Media Tadulako, tahun
2012 silam (lupa bulan apa). Saya sudah
mencegahmu melewati kawasan STQ karena jalanannya terlalu sepi dan rawan tindak
kejahatan. Tapi, lagi-lagi kamu mengandalkan kejagoanmu. Akibatnya, kita
dikepung oleh orang tak dikenal menggunakan mobil yang kebetulan hanya kita dan
mobil tersebut yang berada di jalanan senyap itu. Kamu menginstruksikanku untuk
berpegangan erat-erat karena kamu akan menggunakan kecepatan maksimal motor matic-mu. Aku gemetaran sambil terus
berdoa. Nasib baik sedang berpihak pada kita. Untungnya, ban motormu bocor
ketika kita sudah memasuki Jalan Sisingamangaraja. Entah apa yang terjadi jika
banmu bermasalah di kawasan STQ tadi. Sepertinya mata kuliah Bela Diri (Karate)
akan berguna pada saat-saat seperti itu, sayangnya mata kuliah tersebut tertanda
“E” di KHS kita. Itu artinya, kita tidak punya minat ataupun bakat untuk hal-hal
demikian (iyalah, kita bukan pendekar).