http://winest-wirmayani.blogspot.com/2013/04/budaya-galau-mahasiswa-vs-tipologi-dosen.html

Jumat, 25 Januari 2013

Jurnal atau PR?


Tak terasa sudah memasuki semester enam. Ternyata sudah 3 tahun lamanya saya berada di Universitas Tadulako. Beberapa hari ini, otak saya sedang mencerna pertanyaan-pertanyaan serupa tapi dari sumber yang berbeda. Sebenarnya hal itu sudah kupikirkan matang dari awal. Tapi entah kenapa, pertanyaan-pertanyaan itu seakan turut mempengaruhi keputusanku.
Ilustrasi PR
Ilustrasi Jurnal
Ya, pemilihan konsentrasi. Pada semester enam, mahasiswa Ilmu Komunikasi sudah menentukan konsentrasinya, Jurnalistik atau Public Relations. Inilah yang menjadi ladang kebingungan mahasiswa seangkatanku. Aku berpikir simpel, kenapa sih perlu dipermasalahkan sampai dengan pertimbangan berat, seberat-beratnya? Toh kedua konsentrasi  itu hanya berbeda tiga mata kuliah saja. Jadi kenapa mesti bingung? Kan itu sesuai dengan minat masing-masing, bukan suatu paksaan. 
Entahlah. Sepertinya ada hal besar yang mendasari kebingungan itu. Ditengah kebingungan mereka, aku telah memutuskan akan ke jalur mana aku pada semester ini dan kedepannya. Menurutku itu bukan pilihan berat. Jadi, tak sulit bagiku untuk menjatuhkan pilihan yang masih kurahasiakan dan mungkin akan membuat kaget beberapa pihak.
Baik Jurnal maupun PR, pada hakikatnya sama saja, tinggal bagaimana kita bersikap dan berusaha agar keduanya bisa “menyamankan” diri kita nantinya. Percuma saja bila menetapkan pilihan pada PR atau Jurnal, toh kita tidak berlatih. Sebab, segala sesuatunya tidak ada yang bersifat instan. Semuanya perlu latihan. Ya, penggabungan antara teori dan action, itulah yang akan menyempurnakan dan memberikan hasil pada perkuliahan ini nantinya. Jadi, baik Jurnal maupun PR, tak perlu sangat dirisaukan. Keduanya akan berdampak baik apabila kita mampu memperbaiki kualitas diri.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

x_3badcda6