Semester
delapan ini entah kenapa tiba-tiba menjelma menjadi semester terseram dalam
dunia akademikku. Padahal yang diprogram hanya satu subjek saja, enam SKS pula.
Tapi kenapa seramnya melampaui malam Jumat Kliwon dan malam Satu Suro ya? Kalau
kamu mahasiswa yang pernah atau sedang menginjakkan kali di semester delapan,
pasti dengan tepat kamu bisa menjawabnya, dengan jawaban yang sangat sederhana
tapi maknanya mematikan. Ya, dialah si SKRIPSI, yang kadang bisa menjadi
SKRIPSWEET atau SKRIPSH*T. Inilah yang membuat sebagian mahasiswa dilanda galau
berkepanjangan, hingga menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti:
gatal-gatal dan jamuran karena jarang mandi akibat ngerjain skripsi; obesitas,
karena keseringan ngemil sambil ngerjain pustaka pusaka ala mahasiswa;
hypermetropi karena keseringan baca buku, belum lagi wajah kusam, kulit
pecah-pecah, keriput sebelum waktunya, susah senyum dan berbagai macam gangguan
lainnya. Untuk menghindari atau untuk meminimalisir kemungkinan tersebut, ada
baiknya kita yang sedang atau yang akan menghadapi masa kritis itu, sebaiknya
menyiapkan penangkalnya dengan cara kita masing-masing. Aku memilih scrapbook.
Scrapbook
atau buku tempel pada umumnya diisi dengan kisah, momentum atau berbagai
peristiwa yang dianggap penting dan berkesan oleh pembuatnya. Desainnya yang
unik dan penuh warna, membuat mata semakin manja dan betah memandangnya.
Scrapbook menjadi alternatifku dalam pengobatan galau, karena melalui media ini
aku dengan leluasa bisa meluap-luapkan isi hatiku dan mem-frame-nya dengan
berbagai ornamen yang bisa menyejukkan hati. Aku membuat scrapbook dengan
sampul berwarna hitam dan isinya yang cerah dan penuh warna. Pemilihan
warna-warna tersebut bukan tanpa alasan, melainkan sarat makna. Ya, seperti
sampulnya yang berwarna hitam menggambarkan kisah yang kelabu, konon isi dalam
scrapbook ini menggambarkan perasaan hatiku dalam
berbagai bidang, yang
mencakup cinta, persahabatan, kehidupan, inspirator dan pendidikan. Sedangkan
lembaran-lembaran yang penuh warna menggambarkan suatu kehidupan yang terdiri
dari berbagai macam warna. Itulah hakikat hidup yang sebenarnya, ada banyak
warna yang menghiasi setiap hari-hari yang kita lalui. Tak selamanya warna itu
selalu terang, dan tak selamanya gelap pula.
Kelak,
scrapbook ini menjadi kurikulum hidupku sekaligus dokumentasi pribadi yang mungkin
(akan) kuceritakan kepada orang-orang
terdekatku, anak-anak, bahkan anak-anak dari anak-anakku kelak. Dan sudah
menjadi barang pasti, orang-orang yang terinput dalam scrapbook ini adalah
pribadi-pribadi yang berpengaruh, yang memiliki kedekatan personal denganku,
yang pernah terlibat kerjasama hingga meninggalkan suatu kesan. Kesan-kesan
itulah yang terbingkai dalam buku ini. Belakangan ini, aku dan scrapbook
menjadi sulit terpisahkan. Setiap hari selalu ada dorongan untuk membuka buku
kenangan ini hingga frekuensinya melampaui skripsi, yang selalu menuntut untuk
diselesaikan. Ini mengindikasikan, lebih banyak space galau dibandingkan space
normal.
Apapun
kisahnya, sebagaimanapun manis dan pahitnya, hanya aku, scrapbook dan Tuhan
yang tahu. Scrapbook ini menjadi saksi sekaligus bukti dari perjalanan hidupku.
Melalui scrapbook pula kita dapat menyimpan dan mengenang suatu peristiwa di
masa lalu. Mungkin sekarang buku ini belum berarti apa-apa, tetapi beberapa
waktu mendatang, kelak buku ini memiliki nilai tersendiri. Inilah ceritaku dan
scrapbook yang merupakan buah dari kegalauan dalam mengerjakan tugas akhir.
Scrapbook ini juga menjadi blueprint kegalauanku
di semester delapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar