http://winest-wirmayani.blogspot.com/2013/04/budaya-galau-mahasiswa-vs-tipologi-dosen.html

Senin, 05 Mei 2014

Tak Sehitam Sampulnya, Tak Secerah Isinya

Semester delapan ini entah kenapa tiba-tiba menjelma menjadi semester terseram dalam dunia akademikku. Padahal yang diprogram hanya satu subjek saja, enam SKS pula. Tapi kenapa seramnya melampaui malam Jumat Kliwon dan malam Satu Suro ya? Kalau kamu mahasiswa yang pernah atau sedang menginjakkan kali di semester delapan, pasti dengan tepat kamu bisa menjawabnya, dengan jawaban yang sangat sederhana tapi maknanya mematikan. Ya, dialah si SKRIPSI, yang kadang bisa menjadi SKRIPSWEET atau SKRIPSH*T. Inilah yang membuat sebagian mahasiswa dilanda galau berkepanjangan, hingga menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti: gatal-gatal dan jamuran karena jarang mandi akibat ngerjain skripsi; obesitas, karena keseringan ngemil sambil ngerjain pustaka pusaka ala mahasiswa; hypermetropi karena keseringan baca buku, belum lagi wajah kusam, kulit pecah-pecah, keriput sebelum waktunya, susah senyum dan berbagai macam gangguan lainnya. Untuk menghindari atau untuk meminimalisir kemungkinan tersebut, ada baiknya kita yang sedang atau yang akan menghadapi masa kritis itu, sebaiknya menyiapkan penangkalnya dengan cara kita masing-masing. Aku memilih scrapbook.

Scrapbook atau buku tempel pada umumnya diisi dengan kisah, momentum atau berbagai peristiwa yang dianggap penting dan berkesan oleh pembuatnya. Desainnya yang unik dan penuh warna, membuat mata semakin manja dan betah memandangnya. Scrapbook menjadi alternatifku dalam pengobatan galau, karena melalui media ini aku dengan leluasa bisa meluap-luapkan isi hatiku dan mem-frame-nya dengan berbagai ornamen yang bisa menyejukkan hati. Aku membuat scrapbook dengan sampul berwarna hitam dan isinya yang cerah dan penuh warna. Pemilihan warna-warna tersebut bukan tanpa alasan, melainkan sarat makna. Ya, seperti sampulnya yang berwarna hitam menggambarkan kisah yang kelabu, konon isi dalam scrapbook ini menggambarkan perasaan hatiku dalam
berbagai bidang, yang mencakup cinta, persahabatan, kehidupan, inspirator dan pendidikan. Sedangkan lembaran-lembaran yang penuh warna menggambarkan suatu kehidupan yang terdiri dari berbagai macam warna. Itulah hakikat hidup yang sebenarnya, ada banyak warna yang menghiasi setiap hari-hari yang kita lalui. Tak selamanya warna itu selalu terang, dan tak selamanya gelap pula.
Kelak, scrapbook ini menjadi kurikulum hidupku sekaligus dokumentasi pribadi yang mungkin (akan)  kuceritakan kepada orang-orang terdekatku, anak-anak, bahkan anak-anak dari anak-anakku kelak. Dan sudah menjadi barang pasti, orang-orang yang terinput dalam scrapbook ini adalah pribadi-pribadi yang berpengaruh, yang memiliki kedekatan personal denganku, yang pernah terlibat kerjasama hingga meninggalkan suatu kesan. Kesan-kesan itulah yang terbingkai dalam buku ini. Belakangan ini, aku dan scrapbook menjadi sulit terpisahkan. Setiap hari selalu ada dorongan untuk membuka buku kenangan ini hingga frekuensinya melampaui skripsi, yang selalu menuntut untuk diselesaikan. Ini mengindikasikan, lebih banyak space galau dibandingkan space normal.

Apapun kisahnya, sebagaimanapun manis dan pahitnya, hanya aku, scrapbook dan Tuhan yang tahu. Scrapbook ini menjadi saksi sekaligus bukti dari perjalanan hidupku. Melalui scrapbook pula kita dapat menyimpan dan mengenang suatu peristiwa di masa lalu. Mungkin sekarang buku ini belum berarti apa-apa, tetapi beberapa waktu mendatang, kelak buku ini memiliki nilai tersendiri. Inilah ceritaku dan scrapbook yang merupakan buah dari kegalauan dalam mengerjakan tugas akhir. Scrapbook ini juga menjadi blueprint kegalauanku di semester delapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

x_3badcda6