http://winest-wirmayani.blogspot.com/2013/04/budaya-galau-mahasiswa-vs-tipologi-dosen.html

Jumat, 10 Mei 2013

God’s Premium Product; Special Gift for Bali



Saat ini, saat saya menulis artikel ini, saya benar-benar sedang membanggakan sosok pemuda (walau secara hukum bukan pemuda lagi) Bali berusia 32 tahun ini. Sosok revolusioner, risk taker hingga tak jarang menjadi sosok kontroversi bagi sebagian orang yang kontra terhadapnya. Banyak rekam jejak yang dilakukannya dan itu semakin menambah kekagumanku terhadap seorang yang memiliki nama 70 digit ini. Peran sosial, memajukan pendidikan, terlebih adalah perannya bagi negara dan agama, membuat saya tak punya alasan untuk tidak mengidolakannya. Dialah Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III, SE., M.Si. rektor Universitas Mahendradatta yang juga founder The Sukarno Center.
Saya berpikir, dia adalah produk premium Tuhan yang spesial dihadiahkan untuk Bali sebagai wilayah pengayom dan pengamal Pancasila di Indonesia. Bali (red:Hindu) beruntung memiliki pemuda yang bisa membela dan membuat tracking record yang membuktikan bahwa Hindu Bali mampu berkompetisi bersama kelompok kelas satu di negeri ini. Ia kerap menstimuli generasi muda Hindu untuk melakukan perubahan positif, serta meninggalkan segera kultur-kultur yang tidak menyehatkan (kultur belog ajum, do ngaden awak bise, etc) yang dinilainya tidak berpotensi meningkatkan kualitas Hindu. Banyak tulisannya yang analitik, ringan dan menggelitik serta penuh kritik yang ia tulis dalam situs pribadinya dan itu sangat inspiratif.
Sungguh luar biasa. Bangga rasanya memiliki seorang tokoh muda yang bisa menjadi panutan untuk untuk generasi lainnya.
Buat saya pribadi, kebangaan itu bukan semata karena ketampanannya, bukan karena keartisannya, tapi lebih pada kejeniusannya, peran, serta sebagai problem solver bagi berbagai permasalahan yang ada, terutama untuk Hindu. Terlebih lagi, ia mempunyai kemampuan retorika yang sangat baik. Saya katakan jenius, buktinya ia berhasil mencetak rekor MURI sebagai doktor dan rektor termuda di Indonesia. Belum cukup? Ia memimpin kurang lebih sekitar 33 organisasi dalam waktu yang bersamaan. Tak hanya itu, ia juga banyak memiliki pengalaman skala internasional, seperti menjadi pemateri dalam seminar bilateral, duta Indonesia pada beberapa bidang, penerima berbagai beasiswa ke beberapa negara, serta peraih 5 penghargaan MURI.
Seorang yang independen dengan berbagai kapasitas dan kapabilitas membuatnya dengan gamblang mengomunikasikan sesuatu tanpa ada tekanan dan kekhawatiran dari pihak manapun. Walau ada kalimatnya bernada “sensitif”, ia pasti bertanggungjawab akan hal itu dan ia punya jawaban atas apa yang dilakukannya. Jikapun ada yang menggugat dan keberatan, ia telah siap dengan segala tanggapan dan pembuktian atas kata-katanya. Jadi jika ada yang berpikiran Arya Weda (sapaan akrabnya) ini hanya ngasal, sesungguhnya itu salah dan keliru besar. Ia adalah tipe seseorang yang satya pada perkatannya, ia satya wacana.
So, saya selalu berdoa, semoga dunia ini ketambahan Vedakarna-Vedakarna lain, agar dunia, secara khusus Indonesia dan yang terspesifik lagi Bali, diimbangi dengan sosok jenius, yang membawa kebaikan bagi sesama, yang menginisiasi masyarakat untuk melakukan perubahan, menuju masyarakat Indonesia yang cerdas, berkualitas dan kompetitif. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

x_3badcda6