http://winest-wirmayani.blogspot.com/2013/04/budaya-galau-mahasiswa-vs-tipologi-dosen.html

Sabtu, 21 Februari 2015

Pria Itu Bernama...


Entah mengapa, aku tak henti-hentinya memuji pria yang satu ini. Pria yang begitu dekat denganku. Pria yang selalu mendatangkan kebahagiaan. Pria yang selalu mampu membuatku tertawa walaupun dalam keadaan tersulit sekalipun. Mungkin ini karmaku lahir ke dunia untuk bertemu dan menjadi bagian hidup dari pria bersahaja itu.
Dialah
Bapakku. Seorang pria baik yang tak ada tandingannya di dunia hingga saat ini. Aku tak tahu, jurus apakah yang ia gunakan hingga selalu bisa membuatku tersenyum bahkan tertawa riang tanpa batas. Aku terkadang iri kepada Ibuku, betapa beruntungnya beliau memiliki teman hidup seperti ayahku. Tetapi aku jauh lebih bersyukur terlahir dari sepasang suami istri yang penuh kasih itu.
Bapak, mengapa teleponmu beberapa hari ini tak bisa kuhubungi? Ada apa gerangan? Bagaimana kabarmu juga Ibu? Aku merindukan kalian. Pak, aku sakit. Sudah beberapa hari ini aku mengalami kelemahan fisik. Aku tak punya siapa-siapa di dunia ini selain kalian dan beberapa sahabatku. Pak, bagaimana aku bisa memberitahumu? Aku ingin engkau berada disampingku. Aku merasa sakitku berkurang bila engkau ada disisiku. Betapapun sakitnya, bagaimanapun lemahnya tubuhku, engkau selalu bisa membuatku tersenyum, seolah semua rasa sakitku berlalu. Inilah yang kurindukan dari sosokmu yang tak seorangpun mampu lakukan kecuali engkau.
Pak, aku selalu ingat pesan yang selalu kau titipkan kepadaku. Pesan yang dulunya kuanggap biasa, tapi ternyata punya makna yang begitu dalam. Engkau selalu berpesan agar aku menjadi wanita yang berkarakter dan selalu menjaga kesehatan. Aku sudah melakukannya Pak. Aku tak pernah lagi sok-sokan menjadi super woman yang suka nerobos hujan tanpa perlindungan apapun. Aku tak pernah lagi minum es malam-malam. Aku pun kini sudah mulai jarang mandi di atas jam 7 malam. Tapi kenapa aku terserang penyakit juga? Pak, badanku panas, menggigil, sama seperti yang aku rasakan sebelumnya. Aku sudah minum obat yang biasanya engkau sarankan Pak, toh tubuhku menolak. Tak ada reaksi sama sekali. Sakit sekali Pak.
Aku bahkan sulit untuk tersenyum tulus. Jika mereka datang menjenguk, aku kembangkan sepucuk senyuman palsu di bibirku untuk menutupi rasa sakitku. Aku tak ingin dikasihani orang lain, selain engkau dan ibu. Aku tak ingin dianggap lemah. Aku tak ingin terlihat sakit walau suhu tubuhku mungkin dalam waktu beberapa menit mampu mendidihkan air. Pak, aku merindukanmu. Jikalaupun engkau tak berada disisiku, mendengar suaramu saja itu sudah cukup menjadi agen penyembuhku. Aku telah terbiasa dimanjakan oleh kasih sayangmu. Ya Tuhan, dengan segala manifestasiMu, tolong sampaikan rasa rinduku hamba kepada Bapak, bahwa anak perempuan satu-satunya ini begitu menginginkan kehadirannya, setidaknya mendengar suaranya. Tuhan, untuk kesekian kalinya aku memuji kebesaranMu. Betapa agungnya Engkau dengan purusa dan prakertiMu, Engkau bisa menciptakan makhluk sesempurna dan sebaik Bapak.

Tuhan, jika Engkau berkenan, kelak nanti aku akan memasuki masa Grhasta, aku ingin memiliki teman hidup setidaknya yang memiliki standar seperti Bapak. Dia lelaki sempurna menurut kaca mataku. Tolong jaga dia, Tuhan. Berikanlah ia kebahagiaan (jagadhita) yang berlimpah. Dia bagaikan awatara buat saya. Dia tak hanya seorang ayah, tetapi juga teman, dokter pribadi, psikolog dan juga good gardener. Menjadi seorang ayah, Bapak mengajariku banyak hal yang layaknya dilakukan seorang ayah kepada putrinya. Ia adalah temanku bermain lego dan juga bermain di rumah pohon. Sebagai dokter pribadi ia selalu ampuh memberi resep-resep obat, walaupun ia bukan seorang dokter atau apoteker. Sebagai psikolog, ia selalu mampu memberikan solusi atas masalah-masalah yang berkaitan dengan psikis dan sebagai good gardener ia sangat pandai bercocok tanam. Buah-buahan kesukaanku kini bisa kunikmati dari tangan-tangan kreatifnya. Ia begitu pandai. Dari sekian banyak item yang menjadi kebanggaanku kepada Bapak, ternyata ada seorang pria baik (19leters, 4words) yang sejauh ini kunilai memiliki beberapa kriteria seperti Bapak. Ah, sudahlah. Apapun itu, aku tetap merindukanmu dan tak ada yang mungkin menggantikanmu, Pak. Kelak suatu ketika aku menjadi orang besar, akan kuumumkan kepada dunia bahwa ada seorang pria luar biasa bernama Bapak I Ketut Suwano di balik kesuksesanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

x_3badcda6