Dunia
pendidikan, secara khusus di jenjang pendidikan tinggi, saat ini dituntut untuk
membuat publikasi karya ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik. Tak hanya di
tingkat doktoral dan magister, tingkat sarjanapun harus mempublikasikan karya
ilmiah sebagai syarat kelulusan. Bedanya, jika jenjang strata 1 minimal
dipublikasikan di jurnal lokal, strata 2
di jurnal nasional, sedangkan program doktoral atau strata 3 harus bisa
menghasilkan minimal satu publikasi ilmiah yang diterbitkan pada jurnal
internasional.
Sebagai
suatu hal yang baru, tak jarang pro dan kontra terhadap publikasi ilmiah kerap
terdengar. Ada yang sepakat dengan adanya publikasi ilmiah sebagai syarat
kelulusan, tapi ada pula yang kontra karena menganggap hal ini akan memperlambat
terselesainya studi mengingat tahap publikasi jurnal yang relatif memakan waktu
yang lama. Bahkan di jurnal internasional, waktu dua tahun adalah hal biasa
untuk rentang waktu diterbitkannya artikel.
Alasan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) memberlakukan program ini
karena publikasi ilmiah Indonesia masih sangat kurang jika dibandingkan dengan
negara-negara lain di Asia. Untuk menyiasati hal itu, Ditjen Dikti mensyaratkan
kepada mahasiswa mulai dari jenjang strata 1 hingga strata 3 untuk membuat
minimal satu publikasi karya ilmiah berupa artikel sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh
gelar akademik. Peraturan ini mulai diterapkan sejak bulan
Agustus kemarin.
Jika
dimaknai positif, program yang diberlakukan Ditjen Dikti sesungguhnya akan
membawa dampak baik bagi reputasi pendidikan di Indonesia. Dengan banyaknya
publikasi ilmiah, ini pula bisa menjadi indikator kemajuan suatu bangsa,
khususnya dalam bidang akademik. Publikasi itu juga dapat dijadikan referensi
bagi pembaca yang tengah merampungkan tugas akhir dalam segala jenjang dan
berbagai bidang. Itu bisa dijadikan rujukan, karena artikel yang terpublikasi
sudah melewati tahapan seleksi yang kemudian jika dinilai telah sesuai dengan
kriteria tertentu, artikel itu akan lolos dan dipublikasikan dalam bentuk
jurnal. Tapi perlu diketahui, tak semua penerbitan jurnal terakreditasi.
Olehnya, jika ingin mempublikasikan artikel pada jurnal yang legal dan telah
memiliki SOP, diperlukan ketelitian dan keaktifan mencari informasi, dimana gerangan
penerbitan jurnal yang sesuai dengan kriteria diatas.
Jika
publikasi jurnal ini nantinya dapat berjalan lancar dan berkelanjutan, berarti
setidaknya ada satu poin plus yang disumbangkan pendidikan tinggi untuk negara
yaitu meningkatkan produktivitas lulusan yang berkorelasi pada kualitas lulusan
itu sendiri. olehnya, saat ini institusi, dosen maupun mahasiswa gencar
menyelenggarakan dan ikut berpartisipasi dalam sosialisasi penulisan dan
persiapan publikasi jurnal. Jika mahasiswa S1 umumnya dibimbing oleh dosennya,
S2 biasanya menghadirkan pembicara tingkat nasional, sedangkan S3 kerap kali
mengundang pembicara luar negeri yang telah memiliki pengalaman dalam penulisan
jurnal yang diterbitkan.
Ini
pulalah yang tengah dilakukan oleh Universitas Tadulako yang untuk kali
keduanya menyelenggarakan seminar jurnal internasional dengan menghadirkan
pembicara asal Australia. Publikasi jurnal ini berkaitan dengan kompetensi
menulis. Jika mahasiswa yang selama kuliah jarang menulis, maka tentulah
hadirnya jurnal sebagai persyaratan kelulusan ini dianggap sebagai momok yang
menakutkan. Mulai sekarang budayakan menulis. Ikat segala ilmu yang pernah
diperoleh melalui menulis. Tulisan juga akan memperkaya kepustakaan negeri yang
berujung pada kecerdasan bangsa untuk bangkit dari belenggu kebodohan.
Berlanjut
mengenai seminar, Dianne Mayberry dari Universitas Queensland Australia
mengatakan, ada beberapa kriteria sebuah karya tulis dapat diterima dalam
jurnal Internasional. Kriteria itu adalah singkat, padat dan jelas. “Scientific writing should be clear, precise
and brief” tutur Mayberry. Tak jauh berbeda dengan Profesor Ismet dari
Universitas Deakin Australia. Ia mengatakan jumlah kata dalam artikel umumnya
tak lebih dari 5.000.
Apapun
hambatan dalam penulisan dan persiapan karya tulis ilmiah, akan dapat
diminimalisasi dengan cara menginisiasi sejak dini bagaimana esensi dan kaidah
dari karya tulis yang hendak dipublikasikan. Melakukan bimbingan, mengikuti
workshop atau mengakses sendiri di jurnal internet, itu semua dapat menambah
wawasan untuk melangkah pasti mempersiapkan jurnal yang siap dipublikasikan
sebagai tiket untuk memperoleh gelar akademik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar