Dear Vic,
Hai Vic,
senang sekali bisa berjumpa denganmu walau hanya lewat tulisan. Bagaimana
dengan study tour kemarin? Pasti seru. Aku ingin juga seperti kamu bisa tour ke
lima negara, gratis pula. Tapi apa daya, saya tidak menguasai bahasa asing. Oh
iya, kayaknya saya tidak perlu menanyakan keadaanmu lagi, karena berdasarkan status-statusmu di Facebook,
nampaknya kamu dalam suasana gembiraJ.
Meskipun di dunia maya kita sering bertatap muka, tapi sepertinya lebih seru
kalau berkomunikasi lewat surat. Selain unik, banyak juga manfaat lainnya.
Jangan mentang-mentang terbiasa menggunakan teknologi modern, lantas budaya
tulis manual mulai kita lupakan. Tidak ada salahnya kita mempopulerkan media
ini. Walau terkesan jadul, tapi memikili nilai estetika yang tinggi, apalagi
ditulis tangan. Ngomong-ngomong tentang surat , ada hal menarik yang ingin
kusampaikan dan dapat dipastikan kamu akan terkejut dan tertawa lepas.
Kamu masih
ingat Angie, teman sekelas kita dulu yang suka sekali nguncir rambutnya? Kalau
Rio Elvaldro masih ingat dong? Kalian kan pernah berkelahi dan sempat disidang ke BK gara-gara kamu
menuduh dia mengambil lukisan wajahmu. Nah mereka berdua sekarang sedang
menjalin hubungan, kira-kira dari dua bulan lalu. Bayangkan saja bagaimana
anehnya pasangan ini. Aku jadi ingat hobi mereka sewaktu sekolah. Rio, kalau
sudah diam-diam, pasti kerjanya ngorek upil dan Angie selalu nguncir rambutnya
yang keriting itu. Tentu kamu penasaran, hal menarik apa yang ingin aku
sampaikan?
Seminggu yang
lalu, Angie menata ulang rumahnya. Kamar, rak buku dan dapur ia tata kembali
bersama Rio. Suatu ketika, Angie dipanggil oleh ibunya untuk mengantarkan ke
pasar. Angie meng-iyakan dan segera ke pasar menemani sang bunda. Tinggallah
Rio sendiri di rumah Angie yang sibuk merapikan semuanya. Cukup lama Angie di
pasar, kemudian ia segera pulang bersama ibunya. Setibanya di rumah, kamarnya
sudah tertata rapi, begitu pula dengan rak buku dan dapurnya. Angie dan ibunya
menyunggingkan senyum indah pada Rio tanda terima kasih. Tapi apa balasan Rio?
Tak sedikitpun ia membalas senyuman mereka, malah segera berbalik badan menuju
rak buku-buku Angie. Angie mengikutinya, ia merasa ada sesuatu yang aneh.
Karena tak biasanya Rio bersikap seperti ini. Setiba didepan rak buku, keanehan
itu semakin menjadi ketika Angie melihat sebuah peti kecil berwarna merah jambu
tergeletak disana. Raut wajah Angie sontak berubah seiring dengan ekspresi yang
ditampakan Rio.
Rio menatap
tajam peti kecil yang tergeletak di lantai, kemudian Angie meraihnya. Dengan
penuh rasa bersalah, akhirnya Angie hendak membawa peti kecil itu ke kamarnya,
tapi usahanya dicegat Rio. Ia menyuruh Angie membuka dan menjelaskan detail
tentang peti kecil itu. Kamu pasti penasaran, apa isi peti itu? Aku juga
penasaran ketika pertama kali diceritakan Angie.
Angie
perlahan membuka peti itu. Dengan tangan dan bibir gemetar, ia meraih
lembaran-lembaran yang ada didalam peti. Kamu bisa menebak, apa isinya? Peti
itu berisi segala sesuatu tentang kamu, Vic. Mulai dari foto kamu yang
mengenakan seragam drum band, gelang
kesayangan kamu yang warna hitam, sampai kertas hasil ulangan kamu ia simpan
rapi. Disana juga ada buku diary yang semuanya melukiskan perasaan cinta Angie
ke kamu. Tapi ada satu hal yang membuat saya tertawa terbahak-bahak. Kamu tahu,
apa itu? Lukisan sketsa wajah kamu yang sempat kalian perdebatkan sampai ke
ruangan BK, ternyata disimpan rapi oleh Angie.
Hahaha....
tak kuasa aku menahan tawa. Ada-ada saja perilaku-perilaku aneh seperti itu.
Saya jadi tertawa sendiri jika mengingat kembali bagaimana sengitnya kamu dan
Rio berkelahi mempersoalkan keberadaan sketsa wajahmu itu. Olehnya, jika kamu
ada kesempatan, tidak ada salahnya
jalan-jalan ke rumahnya. Bagaimanapun juga, ia pernah menjadi seseorang
yang sangat mengidolakan kamu. Tapi jangan sampai kisruh lagi antara kamu dan
Rio. Hahaha....
Sampai disini
dulu perjumpaan kita kali ini. Oh iya, Vic... jangan lupa kamu tanyakan harga
buku Human Communicationnya DeVito
ya...... yang terpenting, jangan lupa oleh-oleh buat aku ya...
Love,
Wirmayani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar