"Saya tak begitu butuh dengan segala
kebaruan yang ada, karena itu bukanlah prioritas.
Justru yang menjadi kebutuhan primer, itulah yang tidak terealisasikan.
Hal itu terjadi bukan karena masalah finansial,
tapi itu semua karena adanya unsur pribadi yang jelas-jelas tidak mengandung
cover both side"
Demikianlah adanya. Ketika
neraca sudah tak berfungsi sebagaimana mestinya, semuanya menjadi kacau, rancu
dan lain-lain. Terlebih lagi ada unsur pribadi didalamnya, membuat mata walaupun
sudah memakai kacamata, tak lagi jeli melihat situasi. Kualitas tak jadi
prioritas dan konsistensi berubah menjadi negasi. Sungguh sebuah sistem yang
rancu. Dimana neraca hendaknya bisa menimbang semuanya dengan seimbang, tapi
sudah beralih fungsi. Oleh sebab inilah mulai timbul ketidaknyamanan yang
signifikan.
Ditinjau dari segi
partisipasi, nampaknya sudah lebih dari cukup. Tapi itu semua hanyalah
sebagai katalis. Semua itu tak ada artinya di kacamatanya. Entah parameter apa yang digunakan sehingga outputnya seperti
itu. Beda perspektif itu, wajar. Tapi disini, masalah yang paling mendominasi
adalah individual proximity. Ya, tak salah lagi. Begitu banyak sumbangsih yang
diberikan, tapi tak ada outputnya. Dalam ilmu kimia, inilah yang disebut
katalis, ikut bereaksi tapi tak terlibat dalam hasilnya.
Terlepas dari semua
itu, dengan segala kebaruan yang ada, itu justru memberi dampak yang sangat
buruk bagi beberapa orang yang terlibat didalamnya. Medium itu hanya dijadikan
fasilitas hedonis, bukan pada fungsionalisasinya. Dan hal itu hanya dinikmati
oleh pihak tersebut saja (yang terlibat unsur pribadi), selebihnya merasakan
ketidaknyamanan dengan semuanya. Jelaslah ada jurang pemisah antara dua belah
pihak. Dan jika cermat, ini yang mesti dirombak. Tapi apa daya, seperti yang
telah dikatakan diatas, neraca sudah oleng, telah gelap mata dan hati. Semuanya
digalaukan oleh sesuatu yang sangat individualis. Bisa dipetik dari hikmah dari
hal diatas, dalam mengambil sebuah keputusan apapun itu yang berhubungan dengan
kalangan internal, haruslah dimusyawarahkan terlebih dahulu dalam rangka
mencapai mufakat. Jika sudah begini kondisinya, yang ada kreativitas melemah
dan yang lebih parahnya lagi, tidak merasakan kenyamanan sesama kalangan
internal yang apabila ini terus berlanjut, kesenjangan ini berbuntut pada
pembubaran.
Demikianlah keadaannya.
Selama keadaan ini tetap berlanjut dan masih berat sebelah, maka banyak efek
buruk yang telah terprediksi. Inti dari
semuanya adalah keberimbangan. Konsistensi perlu dipertanyakan. Jangan faktor
individu yang dijadikan parameter, hingga kreativitas kalangan internal lainnya
tak mendapat tempat yang semestinya. Kualitas hendaknya tetap jadi prioritas. Dengan
inilah kreativitas itu semakin meningkat karena ada apresiasi. Tetaplah pada
komitmen awal. Semoga masalah ini secepat mungkin menemui titik terang dan
neraca bisa berfungsi sebagaimana fungsi sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar