April
kemarin, Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Sebuah program yang dilaksanakan
untuk mengevaluasi kemampuan siswa. Banyak yang pro akan UN dan menilainya
sebagai tindakan efektif sebagai indikator dan parameter penentuan kelulusan
siswa. Namunpun demikian, tak dapat dipungkiri banyak pula yang kontra akan hal
ini. Menurut kaca mata mereka, UN tidak pantas dijadikan parameter tunggal
dalam menentukan kelulusan. Apa artinya mengenyam pendidikan selama 3 atau 6
tahun jika hanya ditentukan oleh nilai UN. Bagaimana dengan perolehan nilai
raport, apakah hanya sebatas konseptualisasi belaka? Itulah beberapa komparasi
kiranya menjadi pertimbangan kemdikbud hingga metode UN dua tahun terakhir
mengalami revisi. Mulanya, UN diindikasikan sebagai satu-satunya parameter
penentu kelulusan, tapi
itu telah mengalami revisi dua tahun terakhir yang memformulasikan kelulusan dengan 60 persen nilai UN dan 40 persen nilai raport. Naskah UN semula seragam, kini diseting menjadi 5 kelompok soal. Walau demikian, kecurangan tetap terjadi. Meskipun data resminya sedikit yang diterima Kemdikbud, namun fakta di lapangan banyak sekali kecurangan.
itu telah mengalami revisi dua tahun terakhir yang memformulasikan kelulusan dengan 60 persen nilai UN dan 40 persen nilai raport. Naskah UN semula seragam, kini diseting menjadi 5 kelompok soal. Walau demikian, kecurangan tetap terjadi. Meskipun data resminya sedikit yang diterima Kemdikbud, namun fakta di lapangan banyak sekali kecurangan.
Bulan
ini, tercatat beberapa agenda penting dalam dunia pendidikan. Mulai dari UN,
SNMPTN, Peringatan Hari Pendidikan Nasional hingga Hari Kebangkitan Nasional. UN
tahun ini dengan slogannya “Jujur Harus
Prestasi Yes” berusaha menyinergikan antara prestasi yang merupakan salah
satu indikator kemajuan pendidikan nasional dan kejujuran yang merupakan salah
satu karakter bangsa, agar dapat berjalan beriringan.
Berlanjut
pada Hardiknas 2012 yang mengangkat tema “Bangkitnya
Generasi Emas Indonesia” merupakan rencana besar Kemendikbud untuk
menyiapkan generasi emas sebagai hadiah ulang tahun kemerdekaan RI ke 100 pada tahun
2045 nanti. Disebutkan oleh Mendikbud Muh. Nuh, periode bonus demografi
Indonesia berlangsung pada 2010-2035, dimana usia produktif paling tinggi di
antara usia anak-anak dan orang tua. Ini berarti bangsa Indonesia memiliki
potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang berjumlah luar
biasa. Jika kesempatan emas ini mampu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik,
tentu populasi usia produktif akan menjadi bonus demografi yang sangat
berharga. Disinilah strategi penting pembangunan bidang pendidikan itu
diwujudkan.
Dalam
mewujudkan generasi emas, pemerintah menyiapkan grand design pendidikan melalui pendidikan anak usia dini
digencarkan dengan gerakan PAUD-isasi, peningkatan kualitas PAUD, dan pendidikan
dasar berkualitas dan merata. Selain itu, pembangunan dan rehabilitasi sekolah
dan ruang kelas baru dilakukan secara besar-besaran, serta intervensi khusus
untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) siswa SMA/sederajat,
pendidikan menengah universal. Suatu metode yang cukup baik dalam upaya
melahirkan generasi emas pada se-abad kemerdekaan Indonesia.
Kemudian,
SNMPTN yang sedang berlangsung secara online
saat ini. Dari hari ke hari sejak dibukanya pendaftaran SNMPTN jalur tertulis
pada 10 Mei kemarin, lonjakan peserta meningkat tajam. Ini membuktikan begitu
banyak tunas bangsa berusia produktif. Ketidaksesuaian antara jumlah pendaftar
dan daya tampung pada perguruan tinggi, menjadi polemik tersendiri dalam dunia
pendidikan. Selain itu, masalah koneksi internet di pedesaan yang belum terasah
baik, menjadi kendala bagi pihak sekolah maupun siswa yang hendak mendaftarkan
diri di perguruan tinggi. Seleksi masuk perguruan tinggi yang kompetitif,
mengharuskan setiap peserta harus bersaing secara intelektual untuk mendapatkan
kursi di perguruan tinggi pilihannya masing-masing.
Peringatan
besar berikutnya yaitu Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap
tanggal 20 Mei. Jika menitik pada tonggak lahirnya organisasi Boedi Oetomo yang
diidentikan dengan kebangkitan nasional, saat ini Indonesia telah memasuki
tahunnya yang ke 104. Sebuah perjalanan panjang bagi bangsa Indonesia untuk
bangkit dari kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Ketertinggalan
Indonesia yang berakar dari lemahnya sumber daya manusia, menyebabkan negara
ini sulit berkembang. Melalui momentum Hari Kebangkitan Nasional, marilah
bersama memaknai dan mengevaluasi seberapa besar partisipasi kita terhadap
negara ini. Satu-satunya jalan untuk bangkit dari segelintir polemik yang ada
adalah dengan memantapkan pendidikan dan menumbuhkan rasa nasionalisme. Menyelenggarakan
pendidikan yang berkualitas dan berkarakter, menjadi tuntutan dunia pendidikan
saat ini dalam upaya bangkitnya generasi emas Indonesia.
Untuk
itulah, perlu perhatian intensif pada dunia pendidikan. Bagaimanapun juga,
melalui pendidikan suatu bangsa dapat berkembang dan melalui inilah suatu
bangsa juga bisa hancur. Oleh karena itu, metode pembelajaran perlu direvisi
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan global dengan catatan tetap berlandaskan
pada Pancasila. Generasi emas Indonesia dapat terwujud jika masalah pendidikan
telah menemui anti-klimaksnya. Melalui beberapa momentum penting dunia
pendidikan Indonesia kali ini, ada baiknya model pembelajaran yang cenderung
mengarah pada sekulerisme, liberalis dan kapitalis dapat diminimalisir.
Sekulerisme, menyebabkan lembaga pendidikan kehilangan orientasi untuk
menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan berkarakter, liberalisme menjadikan
pelajar bebas dan “liar” tanpa mengindahkan norma, serta kapitalisme yang
memprivatisasi dunia pendidikan, mengakibatkan
melambungnya biaya pendidikan. Imbas dari semua itu adalah masyarakat kurang
mampu secara ekonomi. Hanya golongan masyarakat yang mampu saja yang bisa mengenyam
pendidikan bermutu. Sementara golongan masyarakat bawah harus puas dengan
pendidikan rendah dan tak bermutu, bahkan tak sedikit yang terpaksa drop-out karena ketiadaan biaya. Dengan
diubahnya pola dan metode pembelajaran, semoga di ulang tahunnya yang ke-100,
Indonesia bisa bangkit, dan kado spesial untuk RI nantinya adalah generasi emas
Indonesia yang berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar