Indonesia,
sebuah negara kepulauan yang secara astronomis terletak pada Garis Lintang 60LU-110LS
serta pada Garis Bujur 950BT-1410BT. Wilayah Nusantara
ini terbentang dari Sabang hingga Merauke dengan ribuan pulau besar dan kecil
yang berjejer sepanjang bentangan itu. Secara geografis, negara ini diapit oleh
dua samudera, yaitu Pasifik dan Hindia. Indonesia juga dikenal dengan
kemaritimannya, sebab dua per tiganya dari total wilayah NKRI terdiri atas
lautan. Begitu pula dengan kondisi
demografis di negara ini. Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris,
sebab sebagian besar warga negaranya bermata pencaharian sebagai petani. Belum
lagi dari segi budaya. Indonesia kaya akan kebudayaan. Banyak produk budaya
asli Indonesia yang menjadi kebanggaan dunia. Indonesia punya suku bangsa yang
beragam, punya bahasa daerah yang variatif, punya produk-produkseni yang
memiliki tingkat estetika tinggi bahkan menjadi salah satu keajaiban dunia,
punya wilayah desa adat yang sarat akan kearifan lokalnya, serta masih banyak
lagi keunikan asli Indonesia yang tak dimiliki oleh bangsa manapun. Olehnya,
sudah semestinya bangsa Indonesia bangga dan cinta terhadap tanah air ini.
Kalau
ditanya, apakah saya bangga menjadi warga negara Indonesia? Maka saya dengan
penuh kebanggaan pula akan menjawab “bangga”. Bangga yang saya bubuhkan tanda
petik itu bukan sebatas menunjukkan kebanggaan saja, melainkan bermakna bangga
yang bersyarat. Ini mengandung pengertian bahwa tak rasa bangga itu tak
menyeluruh, tetapi ada beberapa sisi yang patut disyaratkan untuk mencapai
kebanggan penuh
terhadap bangsa ini. Kebanggaan pertama saya adalah, dari segi
historikal, negara ini pernah memiliki pemimpin bangsa yang hebat. Di zaman
kerajaan, kita mengenal kejayaan Majapahit dengan rajanya Raden Wijaya dengan
patihnya Gadjah Mada mampu mempersatukan nusantara. Hebat dan luar biasa.
Disaat perkembangan teknologi masih sangat minim dan terbatas,
seorang raja muda pemimpin Majapahit mampu mempersatukan Nusantara. Di zaman
ini pula muncul kitab-kitab dalam Bahasa Sanskerta yang kemudian diadopsi oleh founding father Indonesia untuk
simbol-simbol kenegaraan. Lain halnya dengan zaman sekarang ini. Dengan
perkembangan teknologi yang kian canggih, tapi orang-orangnya tidak secanggih
perkembangan IT tersebut. Kualitas pemimpin Indonesia masa kini masih kalah
dengan kepemimpinan kerajaan Majapahit di zamannya. Buktinya? Sekarang banyak
terjadi kriminalitas, banyak terorisme, beberapa pulau dan daerah ingin
memisahkan diri dari NKRI, dan masih banyak lagi penyakit bangsa ini. Tapi saya
tetap bangga dengan negara ini, toh saya pernah punya Majapahit sebagai pusat
peradaban Nusantara. Kedua, bangsa
ini pernah memiliki tokoh muda kreatif dan cerdas sekaligus menjadi proklamator
Indonesia. Dialah Soekarno, the founding
fatherof Indonesia. Tokoh muda inilah yang menjadi blueprint perjuangan. Bagaimana ia mengarahkan anak bangsa untuk
melakukan pembelaan terhadap tanah air dari para penjajah. Bagaimana
strateginya politik dan diplomasinya, hingga akhirnya bisa merebut kemerdekaan
dari para koloni Belanda. Ia juga penggagas Marhaenisme,
suatu paham asli dari Indonesia yang berbasis kerakyatan. Ia dan
rekan-rekan di zamannya pula yang mencetuskan ideologi Pancasila, suatu
pandangan hidup yang relevan untuk Bangsa Indonesia hingga saat ini yang
menjadi salah satu pilar negara Indonesia. Banyak lagi rekam jejak yang
dilakukan oleh presiden pertama Indonesia ini.Itu semua adalah suatu prestasi
anak bangsa yang perlu diapresiasi, diteladani semangat dan keberaniannya,
tanpa harus menjadi kongruenatau
identik dengannya.
Jika
keduanya itu merupakan kebanggan yang hanya bisa disaksikan dan dikagumi dari
sejarah, maka inilah kebanggaan ketiga saya terhadap Indonesia yang hingga saat
ini masih bisa disaksikan bahkan dilakoni langsung. Rasa bangga itu adalah pada
seni dan budaya Indonesia yang memuat perwajahan negeri ini. Seni dan budaya
yang beragam dengan tingkat estetika tinggi, turut melukiskan kebhinekaan di
NKRI. Ada Candi Borobudur yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia, ada tarian dan lagu dari beberapa
daerah yang diplagiat bahkan diakui oleh Malaysia sebagai produk budayanya. Itu
semua tak lain karena kebudayaan Indonesia memiliki keunikan dan memiliki value di mata internasional. Ketiganya
itulah yang menjadikan saya bangga terhadap Indonesia.
Lalu,
apakah bangsa Indonesia sudah maju? Sudahkah terpenuhi cita-cita para pejuang
kemerdekaan, terutama sang proklamator sesuai apa tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 tentang tujuan negara Indonesia? Apakah sudah terwujud
kesejahteraan umum, bangsa yang cerdas serta seberapa besar partisipasi kita dalam
upaya ketertiban dan perdamaian dunia? Jawabannya adalah belum. Indonesia belum
menjadi bangsa yang maju. Bahkan, Indonesia saat ini menjadi bangsa yang
terpuruk, bangsa yang kurang sejahtera. Apa penyebabnya? Ya, karena sudah tak
konsisten dengan Pancasila. Pemberitaan korupsi begitu populer di media massa
Indonesia. Itulah salah satu indikator bahwa pudarnya nilai-nilai Pancasila
pada bangsa ini. Apakah perbuatan korupsi masih masuk dalam ranah kemanusiaan
yang adil dan beradab serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?
Jawabannya tentu tidak. Terlebih lagi banyak anak-anak muda negeri ini yang rusak
karakternya. Hingga akhirnya mereka mudah terpancing dan terjerumus pada
hal-hal yang tak sesuai dengan koridor Pancasila. Kebiadaban geng motor,
tawuran pelajar, demo mahasiswa anarkis adalah beberapa potret miris kondisi
kepemudaan Indonesia yang juga menjadi PR bersama. Bagaimana upaya memajukan
bangsa ini dan membuatnya bangkit dari keterpurukan? Pendidikan solusinya.
Pendidikan seperti apakah itu? Pendidikan yang bisa menanamkan karakter
kebangsaan yang berbasis Pancasila kepada peserta didik. Dari sinilah diperoleh
generasi muda yang tangguh, yang risk
taker, yang melek terhadap kondisi bangsa. Selain itu, paradigma pendidikan
selama ini yang menghasilkan generasi cerdas hanya untuk dirinya sendiri perlu
dirombak. Harusnya output pendidikan
diorientasikan untuk membentuk generasi yang cerdas secara akademik dan mampu
mengaplikasikan dengan cerdas pula kepada masyarakat, bukan cerdas untuk
konsumsi pribadi. Jika suatu negara ingin maju, sebaiknya ditata dan dikelola
baik generasi mudanya, sebab merekalah yang menjadi kader beberapa waktu
kedepan. Generasi muda pada umumnya berada dalam masa-masa pendidikan, entah
itu SMA maupun perguruan tinggi. Itu sebabnya mengapa saya ingin merevitalisasi
pendidikan Indonesia dengan penguatan nilai-nilai Pancasila.
Dengan
menghasilkan luaran pendidikan yang cerdas dan berkarakter sesuai dengan
ideologi bangsa, segala kekurangan dan kelemahan yang ada saat ini tidak
menutup kemungkinan akan terminimalisir oleh sepak terjang generasi muda
Indonesia kedepannya. Sehingga masyarakat dunia patut bangga akan Indonesia,
bangga akan produk bangsa Indonesia serta bangga akan generasi Indonesia dengan
ciri khasnya sendiri, yang cerdas, ramah, berwibawa, berkarakter, terlebih lagi
terselimuti akan nilai-nilai Pancasila. Dengan itu, dunia akan melek terhadap Indonesia, dunia akan
mempertimbangkan kualitas, kuantitas, dan kapabilitas Indonesia untuk menduduki
posisi penting dalam organisasi tingkat dunia.Buat dunia bangga dengan
Indonesia seperti halnya citra baik RI di dunia internasional beberapa puluh
tahun lalu, pada masa kepresidenan
Soekarno.
Cc: www.opini.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar