http://winest-wirmayani.blogspot.com/2013/04/budaya-galau-mahasiswa-vs-tipologi-dosen.html

Kamis, 15 Oktober 2015

Bantu Aku Berdoa Melupakanmu

“Hey, apa kabarmu? Aku berharap semua kebaikan meliputimu. Asal kamu tahu, namamu tetap kulantunkan dalam bait-bait doaku”

Aku merasa pertemuanku denganmu bukan karena suatu kebetulan. Semuanya terjadi atas seizin Tuhan. Sejak aku mengenalmu, aku merasa ada yang berubah dengan diriku. Tutur katamu yang lembut serta raut wajahmu yang senantiasa ceria, membawa kesejukan tersendiri bagiku. Aku merasa nyaman walau hanya sekedar berbalas pesan singkat denganmu dan aku juga merasa aman tatkala mendengar suara lirihmu dari seberang sana. Aku selalu ingin tahu banyak hal tentangmu, hingga terkadang aku melemparkan sebuah tanya pada diriku, siapakah kamu?

Sekedar kamu ketahui, itu adalah pertanyaan yang cukup sulit untuk kujawab. Aku memerlukan waktu panjang untuk mendeskripsikannya. Terlalu rumit untuk dijabarkan. Jika ditarik kesimpulan sederhana, kesimpulan atas pertanyaan itu adalah kamu orang asing (bukan saudara, bukan teman, dll) yang begitu akrab di benakku. Kamu tak memiliki hubungan apapun denganku, tapi namamu selalu melekat dalam ingatanku. Tahukah kamu hingga saat ini aku tak pernah kehabisan cerita tentangmu?

Aku tahu, tidak akan pernah ada kata “kita” diantara kamu dan aku. Aku tetaplah aku, begitu pula denganmu. Tapi, aku punya banyak cerita tentangmu, sedangkan kamu? Aku tak yakin kamu memilikinya. Bahkan, mau tahu pun (mungkin) tidak. Ah sudahlah, aku tak ingin membahas ketidak-tahuanmu akanku. Saat ini, aku tengah berusaha melenyapkan namamu yang terlampau melekat erat dalam ingatanku. Tahukah kamu, aku selalu melantunkan sepucuk doa ketika pagi dan malam menjelang?

Dengan menyebut nama Tuhan, selain kusebutkan keluarga dan sahabatku, aku tak pernah luput menyebutkan namamu. Aku memohon kepadaNya, kiranya kamu selalu diliputi kebaikan dan aku pula memohon kepadaNya agar aku diberikan anugerah kekuatan yang ampuh untuk bisa melupakanmu. Kamu mungkin tak pernah tahu bagaimana rasanya merindukan seseorang yang tak pernah menjadi milikmu. Maukah kamu tahu bagaimana rasanya? Perih, sakit, sesak! Kamu tak pernah tahu bagaimana rasanya dada yang sesak seolah membeku dan hanya mata yang aktif meneteskan bulir-bulir bening. Itulah yang aku rasakan ketika aku sangat merindukanmu. Aku lalu mengirimkan sepucuk pesan ketus ke akunmu, sekedar menanyakan kabarmu. Kamu tak pernah tahu, berapa lama aku mengumpulkan keberanian untuk bisa mengirimkan teks singkat itu kepadamu. Sudahlah, aku rasa kamu tak perlu tahu semuanya, lagi pula itu sama sekali bukan salahmu dan bukan pula urusanmu.


Jika aku berkesempatan meminta satu hal, maka aku akan memintamu untuk membantu mendoakanku agar aku bisa segera melupakanmu. Aku yakin, ketika aku dan kamu (bukan kita) sama-sama berdoa untuk sebuah hal yang sama, maka Tuhan akan lebih mendengar doa itu. Kelak suatu saat nanti jika kamu dan aku diberikan umur panjang, entah kamu atau aku yang mendahului, ada saatnya kamu akan menjabat kembali tanganku, begitu pula sebaliknya. Saat itu adalah saat ketika aku berdiri di pelaminan bersama suamiku sedangkan kamu bersama dengan istrimu.
x_3badcda6