http://winest-wirmayani.blogspot.com/2013/04/budaya-galau-mahasiswa-vs-tipologi-dosen.html

Jumat, 20 Januari 2012

My Great Hope


              Hari spesial yang terprediksikan saat ini, adalah hari saat dimana saya tengah di wisuda. Saya telah membayangkan bagaimana gembiranya pada hari itu. Apalagi jika mendapat predikat cum laude, sungguh lengkap kiranya rasa bahagia itu. Dihadiri oleh kedua orang tua, yang merupakan orang terpenting dalam hidup saya, family serta sejumlah rekan.
Tetapi kesempurnaan itu kurang lengkap rasanya jika di wisuda saya kelak tidak dihadiri oleh sosok satu ini. Beliau adalah orang yang memiliki peranan penting dalam hal skill. Ia adalah Bapak Lasakka Pamatti, guru saya sewaktu di sekolah menengah kejuruan, SMK Negeri 2 Palu. Beliau adalah sosok yang cerdas, terkesan cuek, terampil, tegas, berdedikasi tinggi, etc. Akan tetapi ketegasannya membuat sebagian orang men-judge-nya negatif, termasuk saya pada saat itu. Tetapi anggapan itu berubah ketika saya masuk di perguruan tinggi. Metode yang terbilang keras seperti yang  ia terapkan saat  itu, menjadi kenyataan pada perkuliahan. Dari sinilah saya sadar bahwa apa yang ia lakukan adalah semata untuk membentuk kemandirian dan membentuk pola pikir, bukan hal-hal negatif seperti yang dicitrakan sebagian orang.  
              Ketika diberikan tugas oleh beberapa dosen, tugas sayalah terkesan berbeda dibanding teman-teman lainnya. Itu berdasarkan anggapan dari beberapa teman. Dalam hal pengemasannya, saya selalu menyisipkan unsur-unsur multimedia didalamnya sebagaimana ilmu yang ia tuangkan saat saya mengenyam pendidikan di SMKN 2 Palu pada program keahlian Multimedia. Jika saya mendapat nilai yang memuaskan atau mendapat nilai+ dari rekan ataupun dosen, saya selalu bersyukur kepada Tuhan dan orang pertama yang saya ingat adalah Pak Lasakka. Karena beliaulah saya seperti ini. Kedepannya, mata kuliah saya banyak yang berhubungan dengan software multimedia. Saya merasa sangat beruntung, karena saya memiliki basic untuk itu sebagaimana yang telah diberikan oleh Pak Lasakka.
Lassaka Pamatti
              Tindakan kurang etis beberapa waktu lalu yang sempat mengecewakan Pak Lasakka merupakan kesalahan besar yang pernah saya lakukan. Tindakan yang terkesan kasar itu terjadi ketika saya panik hendak menyerahkan fotocopy ijazah ke Universitas Tadulako yang pada keesokan harinya adalah tengat waktunya. Kepanikan saya dan beberapa omelan dari Bapak dan Ibu Lasakka tersuspensi hingga terjadilah insiden tersebut, dimana saya pulang tanpa pamit dan sempat menutup kasar pintu garasi beliau.
              Setelah berpikir panjang, dan sempat saya diskusikan dengan Ayah saya, beliau menyarankan agar saya meminta maaf dengan Guru Besar saya itu. Tapi hal ini belum terealisasi dikarenakan saya belum memiliki keberanian untuk menyampaikan secara lisan. Melalui tulisan ini saya berharap Pak Lasakka membacanya hingga ia tahu bahwa ia adalah sosok yang signifikan dan memiliki peran besar bagi siswanya. Juga saya ingin menyampaikan ucapan maaf yang sebesar-besarnya kepada beliau atas tindakan itu. Terima kasih Pak Lasakka, karena ilmu yang engkau berikan, saya dapat menulis disini. Semoga Tuhan selalu menyertai Bapak dan keluarga serta segala aktivitas yang dijalani. Seperti harapan saya diatas, bahwa saat wisuda kelak (Awighnam Astu), Bapak bisa hadir dalam moment tersebut.

x_3badcda6